Senin, 26 Juni 2017

Kultum Akhir Ramadhan Al-Fudhola GP

Assalamu’alaikum, Wr.Wb.

Perbanyak Amal Untuk Bekal Kita Di Akhirat
Dan Kita Terselamatkan Dari Siksa Api Neraka
Suatu saat manusia akan berkumpul di padang mahsyar, dan mereka di bagi sesuai dengan amal masing-masing. Sebelum tiba masa tersebut, hendaknya seseorang mempersiapkan bekal yang membantunya menuju jalan yang aman, yaitu dengan Memperbanyak Shadaqah. Tentang hal ini Allah SWT. berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah kami berikan kepadamu, sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli, dan tidak ada lagi syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah, orang-orang dzalim’’. (QS.Al-Baqarah [2] : 254 ).
Al-allamah abdurrahman bin nashir as-saadi berkata: Ayat ini menunjukan kelembutan Allah terhadap para hamba-Nya. Sebab, Allah memerintahkan mereka untuk mempersembahkan sesuatu yang Allah berikan kepada mereka, berupa shadaqah wajib (zakat) dan sunnah, agar hal itu menjadi tabungan dan pahala yang banyak bagi mereka pada hari orang-orang yang beramal butuh kepada setitik kebaikan. Tidak ada lagi perniagaan di hari itu. Andai seseorang menebus dengan emas sepenuh bumi dari siksaan pada hari kiamat maka tidak akan diterima darinya. Tidak akan bermanfaat baginya seorang kekasih dan sahabat, baik itu karena kedudukannya atau syafa’atnya. Itulah hari yang merugi dan para pelaku kebathilan di dalamnya, dan akan terjadi kehinaan bagi orang-orang yang dzalim.
Paradigma Kaya dan Fakir Bagi Hakekat Manusia
Kadang muncul pertanyaan, mana yang lebih baik antara fakir dan kaya. Ternyata menjadi kaya lebih baik, jika kita menyimak sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini dengan sepenuh jiwa.
Kaya menurut definisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bukan orang yang banyak harta. Beliau bersabda:
Kaya itu bukanlah banyaknya harta. Namun kaya yang sebenarnya adalah kaya hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Suatu ketika, Rasulullah mengajari Abu Dzar dengan bertanya terlebih dahulu.
Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya?” Aku (Abu Dzar) menjawab, “Betul.” Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir?” Aku menjawab, “Betul ya Rasulullah.” Lantas beliau bersabda, “Sesungguhnya yang namanya kaya adalah kayanya hati sedangkan fakir adalah fakirnya hati” (HR. Ibnu Hibban; shahih)
Jadi menurut Rasulullah, hakikat kaya bukanlah karena banyaknya harta. Melainkan dilihat dari karakternya yang tidak merasa kekurangan, justru merasa cukup dengan pemberian Allah dan ringan tangan dalam membantu sesama dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadanya.
Imam Al Qurthubi menjelaskan dalam At Tadzkirah, “Pada hakikatnya, orang yang memerlukan itu faqir meskipun ia memiliki banyak harta. Sedangkan orang yang merasa cukup dengan Tuhannya, dia itulah orang kaya.”
Orang banyak harta tetapi hatinya bergantung pada harta serta rakus terhadapnya, sesungguhnya ia miskin,” lanjut Imam Al Qurthubi.
Dengan definisi kaya dari Rasulullah ini, Abu Ali Ad Daqqaq menyimpulkan: “Kaya lebih utama daripada faqir. Karena kaya adalah sifat Allah sedangkan faqir adalah sifat makhluk.”
Karena kaya adalah soal karakter, maka setiap orang bisa menjadi kaya tanpa menunggu memiliki banyak harta. Tinggal mengubah paradigma dan sikap kita; bersyukur dengan pemberian Allah, tidak bergantung kepada dunia, jangan suka meminta kepada sesama manusia dan biasakan menjadi dermawan. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.
Wallahu A’lam Bishawab.
Jika kita selalu mensyukuri apa yang kita miliki, kita telah selangkah sampai pada kebahagiaan.
Robbigh firli waliwali dayya warhamhuma kama robbayani shoghiro
“Ya Allah ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan kasihanilah mereka berdua sebagaiaman mereka telah mendidikku diwaktu kecil”
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.


sumber: media kajian agama Islam





















Kamis, 14 Juli 2016

Usai Ramadhan & Idul Fitri

Do’a Perpisahan Dengan Bulan Ramadhan.
Salah satu adab melepaskan bulan Ramadhan sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para pengikutnya adalah membacakan Do’a Perpisahan.
Do’a Perpisahan tersebut sebaiknya dibaca pada malam terakhir Ramadhan.
Namun, sekiranya ada kekhuatiran malam terakhir Ramadhan akan berlalu tanpa diketahui, maka dianjurkan untuk membacanya pada kedua malam terakhir Ramadhan, yaitu malam ke-29 dan ke-30.
Dari Jabir bin Abdillah ra dari Muhammad al Mustafa SAW: Baginda bersabda, “Siapa yang membaca do’a ini di malam terakhir Ramadhan, dia akan mendapatkan salah satu dari dua kebaikan: Menjumpai Ramadhan mendatang atau pengampunan dan rahmat Allah.” 
Ya Allah, janganlah Engkau jadikan puasa ini sebagai puasa yang terakhir dalam hidupku. Seandainya Engkau berketetapan sebaliknya, maka jadikanlah puasaku ini sebagai puasa yang dirahmati bukan yang sia-sia semata
sumber: kajian agama Islam

























Taqabbalallahu minna waminkum, wakullu ‘aamin wa antum bikhairin.
Selamat Hari Raya Aidil fitri, Minal Aidzin wal Faidzin…
Mohon maaf lahir dan bathin,
Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah kita di bulan Ramadhan ini, aamiin.

Selasa, 17 Mei 2016

Adat Pernikahan Daerah

Menghadiri Acara Pernikahan Teman
Pernikahan merupakan sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah Shollallahu Alaihi Waalihi Wasallam. Beliau bersabda, “Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku” (HR. Ibnu Majah, dari Aisyah RA).
Pengertian Sunah menikah adalah untuk orang-orang yang sudah mampu dalam arti siap lahir maupun batin. Hukum menikah bisa menjadi wajib apabila seseorang dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam perzinaan jika tidak menikah. Menjadi makruh apabila seseorang tidak mampu menafkahi wanita yang dinikahi dan dikhawatirkan akan menelantarkannya. Menjadi haram apabila tujuan menikah untuk mengeksploitasi dan menyiksa seseorang yang hendak dinikahi.
Sesuai adat dan tradisi yang berlaku di pulau jawa, ketika seseorang hendak menikah, dia akan memberikan undangan kepada orang-orang terdekat, kenalan, sanak-saudara, teman, sahabat, guru dan lain sebagainya. Undangan tersebut adalah untuk merayakan pernikahan dengan acara yang sederhana ataupun serba mewah. Dan yang paling penting adalah memberikan do'a kepada pengantin yang sedang melangsungkan pernikahan.

Adapun pahala-pahala yang bisa didapat ketika menghadiri undangan pernikahan antara lain:
Menghadiri undangan, seseorang yang menghadiri undangan pernikahan mendapat pahala karena hukum menghadiri undangan pernikahan adalah wajib menurut sebagian pendapat ulama'. Hal ini didasarkan pada hadits Nabi yang berbunyi,
Artinya, "Jika kalian diundang ke walimah maka datangilah” (HR. Muslim)".
Menyenangkan orang yang memberi undangan. Seseorang yang memenuhi undangan pernikahan akan membuat senang orang yang mengundangnya. Menyenangkan orang lain merupakan sebuah kebaikan dan mendapat pahala. Hal ini sesuai hadits Nabi yang berbunyi,
Artinya “Janganlah begitu, bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu, selama-lamanya. Demi Allah! Sesungguhnya, kamu telah menyambung tali persaudaraan, berbicara jujur, memikul beban orang lain, suka membantu orang yang tidak punya, menjamu tamu, dan sentiasa mendukung kebenaran.” (HR. Al-Bukhari no. 4572 dan Muslim no. 231)

Berjabat tangan. Seorang yang menghadiri pernikahan dan berjabat tangan dengan shohibul hajah ataupun sesama tamu yang halal untuk dijabat tangannya akan mendapat pahala. Hal ini sesuai sabda Baginda Nabi,
Artinya: “Tidaklah dua orang muslim bertemu kemudian berjabat tangan melainkan telah diampuni dosa-dosa keduanya sebelum mereka berdua berpisah.”
Membaca Sholawat, di dalam sebuah pernikahan seorang muslim akan ada pembacaan sholawat. Sholawat itu minimal dibaca ketika seseorang berpidato. Sebagai muslim, ketika Nama Baginda Nabi disebut, maka wajib hukumnya membaca sholawat kepadanya.
Shodaqoh, sesuai adat dan tradisi di jawa, seseorang yang menghadiri pernikahan biasa membawa hadiah untuk pengantin. Hal ini bisa bernilai shodaqoh dan mendapat pahala apabila niat memberikannya benar sesuai aturan agama Islam.
Senyum, apabila seseorang yang menghadiri undangan berkenan tersenyum kepada shohibul hajah dan sesama tamu undangan, maka ia akan mendapat pahala. Karena, senyum adalah ibadah.
Menyambung Silaturrahim, dengan menghadiri undangan pernikahan, seseorang bisa menyambung tali silaturrahim dengan pemberi undangan dan dengan sesama tamu yang ditemuinya.
Mendukung kebenaran, Sesuai hadits yang ditulis pada item nomer dua di atas, mendukung kebenaran adalah sebuah kebaikan yang akan mendapat pahala. Pernikahan adalah sebuah kebenaran. Salah satu tujuannya agar terhindar dari kesalahan berzina.
Mendapatkan ilmu, apabila di dalam sebuah acara pernikahan diadakan sebuah ceramah agama, maka seseorang yang menghadiri undangan akan mendapat pahala dengan ilmu yang didapatnya.
Mendoakan kebaikan, seorang yang menghadiri undangan pernikahan dan mendoakan kebaikan kepada pengantin akan mendapat pahala. Doa yang umum diberikan misalnya, "Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah".
Itulah sepuluh pahala kebaikan yang bisa diperoleh ketika seseorang menghadiri acara pernikahan. Sebenarnya masih banyak pahala-pahala yang lain. Semoga kita senantiasa mampu menghadiri undangan pernikahan sesuai aturan-aturan yang disyariatkan oleh agama Islam. Amiin.
*** Menghadiri Pelaksanaan Pernikahan Adik Saudaraku di Pemalang (jateng)
sumber: media adat pernikahan daerah